Tuesday, 30 December 2014

PENDEKSKRIPSIAN MINERAL

Mineral dapat diklasifikasikan atas sifat-sifat dasar yaitu : sifat kimia, sifat kristal, manfaat atau kegunaan, jalur dan banyaknya mineral tersebut membentuk suatu batuan dan lain-lain. Mineral merupakan unsur tunggal dapat pula berupa senyawa kimia bahkan senyawa kimia yang komplek. Dalam praktikum Kristalografi dan Minealogi diklasifikasi berdasarkan kandungan zat kimia yang dominan yang terdapat didalmnya, maka mineral dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan atau group, yaitu native elements, sulfida, hidroxida, oxida, karbonat, sulfat dan silikat.

5.1. Native Elements
Unsur-unsur native elements jarang terdapat dipermukaan ataupun didalam kerak bumi. Native elements ini bukan merupakan golongan pembentuk batuan (rock forming). Asal mula pembentukan mineral native elements berkaitan dengan pengerasan atau pembentukan magma dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi yang bertemperatur dan memiliki tekanan yang tinggi.
Mineral golongan native elements ini biasanya terdiri hanya satu unsur saja, tetapi kadang-kadang terdapat juga campuran dari mineral lain yang jumlahnya sangat sedikit didalamnya. Unsur-unsur yang membentuk mineral golongan native elements merupakan satu jenis unsur kimia saja tanpa berasosiasi dengan unsur yang lainnya. Mineral native elements ini sering dijumpai pada batuan beku dan sedimen atau juga batuan metamorf. Golongan ini dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam pada umumnya malleable dan ductile dan mempunyai BJ (Berat Jenis) yang cukup tinggi berkisar 8 – 22.
Golongan ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a.       Metal (Logam)            
Emas (Au), Perak (Ag), Tembaga (Cu), dan Platina (Pt) yang kesemuanya mempunyai sistem kristal kubik atau isometrik.
b.      Semi Logam               
Arsenic (As) dan Bismuth (Bi) yang keduanya mempunyai sistem kristal hexagonal.
c.       Non Logam                
Belerang (S) yang memiliki sistem kristal orthorhombic, Intan (C) yang memiliki sistem kristal isometrik, Graphite (C) yang memiliki sistem kristal hexagonal.

5.2. Sulfida
Kelompok mineral sulfida menduduki urutan kedua dalam klasifikasi mineral berdasarkan unsur-unsur kimianya, tetapi jika ditinjau dari banyak sedikitnya masa yang terdapat dilapisan kerak bumi maka golongan sulfida menduduki posisi yang terakhir. Unsur-unsur sulfida seperti halnya golongan native elements maka golongan ini pun merupakan unsur yang tidak pembentuk batuan (rock forming), namun golongan sulfida ini merupakan golongan yang sangat penting, hal ini karena unsur-unsur kimia yang membentuk merupakan kombinasi dari berbagai bentuk dari belerang.
Asal mula terbentuknya sulfida sangat berkaitan erat dengan pengendapan dari larutan-larutan air panas. Dan aktivitas gunung api serta instrusi magma, tetapi kadang-kadang ditemukan juga mineral golongan sulfida ini merupakan hasil dari pengerasan atau pembekuan magma walaupun jumlahnya sangat sedikit. Kebanyakan mineral golongan sulfida mempunyai kilap logam (Metallic) sedangkan berat jenisnya umumnya tinggi dan kekerasannya umumnya rendah.
Contoh mineral Sulfida, adalah :
-          Galena (PbS)                                             
-          Pyrite (FeS2)
-          Chalcopyrite (CuFeS2)
-          Sphalerite (ZnS)
-          Proustit (Ag3AsS3)
-          Chalcocite (Cu2S)
-          Bornite (Cu5FeS4)
-          Cannabar (HgS)

5.3. Oxida dan Hidroxida
Golongan mineral oxida dan hidroksida ini terkadang terdapat juga sebagai mineral penting pada batuan metamorfosa dan sering juga terdapat sebagai vein (urat pada suatu lapisan batuan). Adapun kegunaan mineral-mineral oxida dan hidroksida ini kebanyakan digunakan pada industri-industri kimia, industri untuk bahan-bahan bangunan, industri aluminium dan sebagainya.
Golongan oksida merupakan kombinasi antara oksigen dengan satu macam logam atau lebih, yaitu dicirikan oleh gugus anion (O2-). Berdasarkan perbandingan antara logam oksigen (X dan O), maka golongan oksida dapat dikelompokkan menjadi oksida sederhana dan oksida kompleks.


Contoh :    
-          Tipe X2O dan XO                         : Cuprit (Cu2O) sistem kubik
-          Tipe X2O3 (grup hematite)            : Corondum (Al2O3) sistem hexagonal
-          Tipe XO2 (grup rutile)                   : pirolusit (MnO2) sistem tetragonal
-          Tipe XY2O4 (grup spinel)              : magnetit (Fe3O4)sistem kubik
Golongan hidroxida dicirikan oleh adanya gugus hidroxil (OH-), atau molekul H2O yang membuat daya ikatannya secara struktur lebih lemah dari oksida.
Contoh mineral Oxida dan Hidroxida, adalah
-          Hematite (Fe2O3)                                      
-          Magnetite (Fe3O4)                          
-          Limonite (Fe2O3H2O)                               
-          Corondum (Al2O3)                                   
-          Chromite (FeCr2O4)
-          Ilmenite (FeTiO3)
-          Manganite (MnO)
-          Goethite – limonite (Fe2O3.H2O)

5.4. Carbonates
Mineral-mineral yang termasuk dalam golongan ini adalah mineral-mineral yang mengandung terdiri dari senyawa-senyawa garam asam karbon. Beberapa diantara mineral golongan ini menjadi mineral-mineral pembentuk batuan (rock forming) yang berasal dari endapan dan metamorfosa dari lapisan tanah dan batu. Cirri khas yang paling menonjol dari mineral-mineral golongan carbonates adalah dapat bereaksi dengnan HCl.
Reaksi ini menghasilkan karbondioksida (CO2) yang terlihat seperti buih yang memberi kesan mineral tersebut seperti mendidih. Mineral-mineral pada golongan carbonates sering dijumpai pada batuan beku dan sedimen ada juga pada batuan metamorf. Pada batuan sedimen yaitu pada batuan gamping, sedangkan pada batuan metamorf yaitu pada batuan marmer (marble).Beberapa kegunaan dari mineral-mineral pada golongan ini diantaranya adalah untuk dipakai pada industri kimia, juga untuk bahan bangunan. Golongan ini dicirikan oleh adanya  gugus anion yang kompleks, yaitu CO32-. Hadirnya ion H+ akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan akan memutuskan ikatannya untuk membentuk H2O dan CO2. Reaksi ini disebut Fizz Test dengan asam (HCl) yang paling banyak digunakan dalam identifikasi karbonat.
Reaksi : CaCO3 + H2O + CO2                  CaH2(CO3)2
              Calcite                                         Asam bikarbonat
Contoh dari mineral Carbonates, adalah:
-     Calcite (CaCO3)                                                    
-     Aragonit (CaCO3)                                                   
-     Dolomite [CaMg(CO3)2]                                       
-          Magnesite  (MgCO3)                                             
-          Azurite (Cu3(OH)2(CO3)2)
-          Borak (Na2B4O5(OH)48H2O)
-          Niter (NaNO3)
-           Malachite [Cu2(CO3)(OH)2]

5.5. Sulfat
Adapun proses pembentukan dari mineral ini sebagai akibat dari mengendapnya garam-garam asam belerang dari permukaan bumi ataupun yang merupakan hasil dari produk oksidasi sulfida. Sedangkan kegunaan dari pada mineral golongan sulfat lebih banyak digunakan dalam industri kimia dan bahan bangunan. Mineral-mineral golongan sulfat ini kebanyakan ditemukan pada batuan beku, sedimen dan metamorf serta pada urat suatu lapisan batu (vein).
Golongan ini dicirikan oleh adanya gugus anion SO42- dan pada umumnya mempunyai kilap non logam (kaca, lemak, atau sutera) dan terbentuk dari larutan.
Contoh dari mineral Sulfat :
-          Gypsum (CaSO4.2H2O)
-          Anhydrite (CaSO4)
-          Barite (BaSO4)
-          Wolframit [(Fe,Mn)Wo4]
-          Barit (BaSO4)

4.6. Silikat
Mineral-mineral yang termasuk golongan silikat ini adalah mineral dengan jenis dan jumlah yang terbanyak yaitu sekitar 73%. Mineral-mineral pada golongan silikat sangat banyak di jumpai baik didalam kerak bumi ataupun diatas permukaan bumi. Mineral-mineral pada golongan ini adalah mineral yang terbanyak yang menjadi mineral pembentuk batuan (rock forming). Silikat merupakan komponen dari batuan utama yang terbentuk akibat pembekuan atau pendinginan magma dan juga mineral-mineral pada golongan ini yang terbentuk akibat metamorfosa thermal. Kadang-kadang pembentukannya juga sebagai akibat lelehan magma akibat aktifitas gunung api. Pada umumnya mineral-mineral pada golongan silikat ini mempunyai senyawa-senyawa kimia yang kompleks. Salah satu ciri khas dari mineral golongan ini adalah silikat yang terdapat didalamnya (SiO4) dengan ion oksigen pada asek-aspek dan satu ion silikon pada titik pesatnya. Pada silikat tetrahedron (SiO­4) saling berhubungan pada aspek-aspeknya membentuk cincin, rantai, dan pita. Sistem tetrahedron seperti diatas tergantung pada komposisi kimianya dan ketentuan dari sifat fisika mineralnya.
Silikat yang berbeda jaringan ionnya (silikon) digantikan oleh ion aluminium disebut alumusilikat. Sifat dari silicaterosrock forming yaitu terdapat pada mineral olivine, augit, hornblende, muscovite, dan lain-lain. Sedangkan kegunaan dari mineral-mineral silikat berguna mulai dari keperluan industri kimia, untuk obat-obatan, keperluan industri bangunan, dan untuk perhiasan.
Golongan mineral ini meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang umum dijumpai pada batuan. Mineralnya mengandung ikatan antara unsur Si dengan unsur O. Bentuk struktur ikatannya yang bermacam-macam digunakan sebagai dasar penggolongan. Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral. Mineral dari golongan silikat biasanya banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi dan penamaan batuan, terutama batuan beku.
Contoh dari mineral Silicates, adalah :
-          Orthoclase (KAlSi3O8)
-          Muscovit [KAl2(AlSi3)O10(OH)2]
-          Hornblende [(Ca,Na)2-3(Mg,Fe+2,Fe+3,Al)5(AlSi)8O22(OH)2]
-          Quartz (SiO2)

-          Zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O)

Thursday, 4 December 2014

Pendahuluan Peta Topografi

MODUL I
PETA TOPOGRAFI

1.1    Maksud dan Tujuan
1.1.1.           Maksud
Maksud dari praktikum geomorfologi adalah merupakan persyaratan kurikulum pada semester dua, agar dapat mengambil praktikum selanjutnya pada perkuliahan berikutnya dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah disampaikan pada pekuliahan dalam praktikumnya demi suksesnya ketika di lapangan nantinya bagi seorang geologist.

1.1.2.           Tujuan
Tujuan dari praktium ini adalah agar mahasisiwa dapat mengetahui, mengaplikasikan, kemudian dapat menginterpretasikan suatu daerah dari peta topografi dan membuat penampang dari peta tersebut.

1.2    Landasan Teori
Topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti gambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Petatopografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Petatopografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.
Garis ketinggian pada peta (bidang dua dimensi) dan di lapangan (ruang tiga dimensi).Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.



                             










Gambar 1.1 Garis Kontur dan Permukaan Bumi

Garis ketinggian mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Ø  Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi.
Ø  Garis ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.
Ø  Pada daerah yang landai garis ketinggian akan berjauhan, sebaliknya pada daerah yang terjal akan saling merapat.
Untuk kondisi daerah yang khusus (seperti tebing, kawah, jurang), garis ketinggiannya digambarkan secara khusus pula :
Ø  Garis ketinggian yang menjorok keluar,merupakan punggung bukit dan selalu seperti bentuk huruf ‘U’.
Ø  Garis ketinggian yang menjorok ke dalam, merupakan lembah dan selalu
Ø  seperti bentuk huruf ‘V’.
Ø  Selisih tinggi antara dua garis ketinggian yang berurutan (interval) adalah setengah dari bilangan ribuan skala, (contoh:  1/2000 x 100.000 = 50 meter).  Kecuali bila dinyatakan dengan ketentuan lain.
Ø  Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara dua garis ketinggian yang berurutan.
Ø  Warna garis-garis ketinggian pada peta digambarkan dengan warna coklat ataupun hitam.














Gambar 1.2 Garis kontur
Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.
Model tiga dimensi mempermudah pembacaan kontur pada suatu tempat di atas permukaan bumi karena langsung terlihat ketinggian tiap garis ketinggiannya, daripada membaca model dua dimensi seperti pada gambar 2. Untuk mencapai hal tersebut, data input yang berupa peta topografi dianalisa dan diproses menjadi out put model objek tiga dimensi.


Unsur-unsur penting yang terdapat dalam suatu peta topografi antara lain :
a.    Judul Peta dan Nomor lembar Peta
Judul peta merupakan nama daerah yang tercangkup dalam peta, sedangkan nomor lembar peta didasarkan atas sistem pembagian nomor peta ini disebut “quadrangle”, yaitu :
ü  Sistem quadrangle di Indonesia
       Tiap negara mempunyai cara-cara tersendiri dalam membagi wilayahnya menjadi kotak-kotak tersebut diberi nomor menurut sistem tertentu. Sistem pembagian nomor peta ini disebut “Quadrangle System” dari negara yang bersangkutan.
Di Indonesia sistem pembagian peta topogrfi ada dua :
ü  Sistem pembagian lama
Sistem ini dibuat pada zaman penjajahan Belanda. Sistem ini hanya khusus dipakai di Indonesia, dimana 0o garis bujur dihitung dari Jakarta. Untuk setiap skala yang berbeda terdapat skala yang berbeda terdapat notasi yang berbeda pula, seperti sbb:
1.   peta berskala 1:100.000 mempunyai ukuran 20 x 20 dan diberi nomor dengan angka ke arah horizontal, dengan makin besar arah vertikal menggunakan angka Romawi dengan makin kebawah makin besar. Jadi peta berskala 1:100.000 mempunyai nomor lembar seperti
2.   Peta berskala 1 : 100.000 dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing mempunyai skala 1 : 50.000 dan diberi notasi A, B, C dan D dimulai dari kiri atas. Jadi peta berskala 1 : 50.000 mempunyai nomor lembar peta seperti : 45/XI-A; 56/XLI-D dst.
3.   Peta berskala 1 : 100.000 ini dibagi menjadi 16 bagian masing-masing mempunyai skala 1 : 25.000 dan diberi notasi huruf kecil dari a sampai q kecuali huruf j. Jadi peta dengan skala 1 : 25.000 mempunyai nomor lembar peta seperti : 45/XI-a; 56/XLI-f dst. Nomor lembar 45/XI, Nomor lembar 45/XI-ANomor lembar 45/XI-a
ü  Sistem pembagian peta yang baru
Yaitu sistem pembagian peta yang disesuaikan dengan sistem international.Pembagian ini menjadi skala 1: 100.000 dengan ukuran 20 x 30 dan titik 00 dihitung dari Greenwich dan di beri notasi makin besar kearah kanan, dan secara vertikal notasi paling besar kearah bawah.
Cara penulisannya adalah menggabungkan notasi horizontal dengan vertikalnya, ditambah notasi dari masing-masing kotak.
VI
I
III
II



Gambar 1.4. Cara penulisan nomor lembar peta berbagai skala dalam sistem baru
b.      Indeks Peta
     Petunjuk tentang kedudukan peta terhadap peta-peta yang ada.disekitarnya. Biasanya  ditempatkan disudut kiri bawah peta. Umumnya lembar peta tersebut diletakkan pada bagian tengah indeks peta.
c.       Orientasi peta
Merupakan bagian yang menunjukkan arah peta. Garis batas pada kedua sisi samping peta berarah utara selatan, dalam hal ini adalah arah utara selatan sesungguhnya bukan utara kutub magnetis.
d.      Skala
Skala adalah perbandingan jarak horizontal sebenarnya dengan jarak dipeta. Perlu diingat bahwa semua jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak horizontal.
Macam-macam skala:
1.         Skala fraksi (representatif fraktion scale).
2.         Skala verbal.
3.         Skala Garis.
e.       Indeks Administrasi
Merupakan bagian yang menunjukkan pembagian wilayah secara administrasi. Pembagian ini disesuaikan dengan batas kecamatan, kabupaten atau provinsi. Hal ini penting untuk memahami atau memahami atau mengetahui kemana harus dilakukan pengesahan surat ijin sebelum penyelidikan lapangan dari peta yang bersangkutan.


f.       legenda
pada peta topografi banyak digunakan simbol/tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan dilapangan. Penjelasan tanda/simbol yang pergunakan untuk dikelompokkan dan tercakup dalam legenda. Legenda ini biasanya diletakkan pada bagian bawah peta.
g.      Edisi Peta
Edisi peta adalah keterangan tentang pembuatan peta tersebut pada tahun berapa dibuat. Edisi peta ini sangat penting untuk peta pada daerah yang proses eksogennya sangat berpengaruh dalam pembentukan bentang alam sehingga daerah tersebut sangat mudah mengalami perubahan.
h.      Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak ketinggian yang sama dari permukaan laut. Garis kontur akan menunjukkan bentuk dan penyebaran mofologi. Disamping itu juga memiliki pola yang khas untuk setiap bentang alam yang dikontrol oleh pengontrol yang berbeda. Misalnya bentang alam struktural akan menunjukkan pola kontur yang berbeda. Misalnya bentang alam struktural akan menunjukkan pola garis kontur yang berbeda.
Punggungan Gunung - Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimanaU dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya. Lembah atau Sungai Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) jung  dengan Ujung yang Tajam. Daerah landai datar dan terjal curam Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal atau curam garis konturnya rapat.
i.        Interval Kontur 
Interval kontur adalah jarak vertikal antar garis yang satu dengan garis kontur yang lainnya secara berurutan. Pada peta skala 1:100.000 dicantumkan interval konturnya 50 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan Mencari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B) Hitung jumlah kontur antara A dan B Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:Lembah antara dua puncakLembah yang curam Persimpangan jalan atau ujung desa.
Perpotongan sungai dengan jalan setapak Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah: Koordinat titik awal (A) Koordinat titik tujuan (B) Sudut peta antara A – B Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A – B Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalahharus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum. Perkirakan berapa jarak lintasan.
Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan. Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horizontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta.Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y). Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasikan arah dari A ke T. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan.Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur.Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh : Kemiringan lereng dan Panjang lintasan Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir) Keadaan cuaca rata-rata Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam) Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa. Cara Koordinat Geografis Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0).
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu: Cara koordinat peta Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini meggunakan: Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461) Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614



 



















Gambar 1.4 Contoh Peta Topografi

Cara Koordinat Geografis Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0).Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya. Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1080 = "37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 =" 1.855.000cm">.

1.3    Alat dan Bahan
Ø  Alat
      Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1.      Pensil
2.      penghapus
3.      Penggaris dan busur
Ø  Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1.      1 buah lembar peta topografi dengan titik ketinggian

1.4    Prosedur kerja :
Adapun prosedur– prosedur yang harus dikerjakan dalam praktikum ini, prosedur itu adalah sebagai berikut :
-          Tentukan terlebih dahulu interval dari peta topografi tersebut.
-          Hubungkan antar titik ketinggian yang terdekat dengan menarik garis dan garis d tarik tidak boleh bersiku haruslah smooth.
-          Bagi garis tersebut dengan tanda titik sesuai dengan jarak nilai interval pada peta topografi.
-          Hubungkan titik ketinggian yang sama sehingga membentuk garis kontur.
-          Sayat peta topografi untuk membuat penampang untuk mengetahui morpologi pada daerah tersebut.

1.5    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dalam praktikum peta topografi ini adalah Peta topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis - garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).
Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Garis ketinggian pada peta (bidang dua dimensi) dan di lapangan (ruang tiga dimensi). Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok - belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik.Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.
            Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
            Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.