Monday, 22 September 2014


 KRISTALOGRAFI & SISTEM KRISTAL



Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari kristal.
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.

Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
  • tidak termasuk didalamnya cair dan gas
  • tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
  • terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri :
  • jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
  • macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
  • sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
  • Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
  • Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
  • Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).
Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.
Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.

DIBAWAH INI MERUPAKAN TUJU SISTEMKRISTAL DAN CARA PENGGAMBARANNYA
1. Sistem Reguler
        (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessuler)
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Ketentuan:
Sumbu : a = b = c
Sudut :  a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.

Cara Menggambar:
Рa- / b+ = 300
a : b¯: c = 1 : 3 : 3
Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam Nama kristal Hexahedron.
Dengan contoh mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite (FeS2) dan Halite (NaCl).
Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam Nama Kristal Pentagonal Dodecahedron. Dengan contoh mineral ;Magnetite (Fe3O4), Intan (C).
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
  • Tetaoidal
  • Gyroida
  • Diploida
  • Hextetrahedral
  • Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2. Sistem Tetragonal
       (Quadratic)
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Ketentuan:
Sumbu : a = b ¹ c
Sudut :  a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.

Cara menggambar:
Рa + /  b--   = 30o
a : b : c = 1 : 3 : 6

Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS)
Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam Nama Kristal Tetragonal Prisma Orde I dengan contoh mineralChalcopyrite (CuFeS2dan Cassiterite (SnO2).
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
  • Piramid
  • Bipiramid
  • Bisfenoid
  • Trapezohedral
  • Ditetragonal Piramid
  • Skalenohedral
  • Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)



3. Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
Sumbu a :  = b = d ¹ c
Sudut :  b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 =  g2 = g3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal / lateral dan membentuk Ð 600.
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.

Cara menggambar:
Рa+ / b¯ = 170
Рb+ / d¯ =  390
b : d : c : = 3 : 1 : 6
Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]


Gambar sistem kristal Hexagonal  yang termasuk dalam Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarst (SiO2)dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
Sistem  ini dibagi menjadi 7:
  • Hexagonal Piramid
  • Hexagonal Bipramid
  • Dihexagonal Piramid
  • Dihexagonal Bipiramid
  • Trigonal Bipiramid
  • Ditrigonal Bipiramid
  • Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)


4. Sistem Trigonal
      (Rhombohedral)

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.


Ketentuan
Sumbu : a = b = d ¹ c
Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200

Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal,
 perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada
Sistem Hexagonal.

Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I  yang termasuk dalam Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Gypsum (CaSO4 2H2O)


Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
  • Trigonal piramid
  • Trigonal Trapezohedral
  • Ditrigonal Piramid
  • Ditrigonal Skalenohedral
  • Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmalinedan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

5. Sistem Orthorombic
(Rhombic = Prismatic = Trimetric)

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).


Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut a = b = g = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar:
Рa- / b+  = 300
a : b : c = 1 : 4 : 6


Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid dengan contoh mineral Barite(BaSO4)
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
  • Bisfenoid
  • Piramid
  • Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)




6. Sistem Monoklin
       (Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik = Monoclinohedral)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).



Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a = g = 900   b ¹ 900
Sb a disebut sumbu Clino
Sb b disebut sumbu Ortho
Sb c disebut sumbu Basal

Cara menggambar
Рa- / b + = 450
a : b : c = 1 : 4 : 6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek

Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
  • Sfenoid
  • Doma
  • Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,  malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)




7. Sistem Triklin
       (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a ¹ b ¹ g ¹ 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar:
Рa+ / c¯ = 450
Рb- / c + = 800
a : b : c = 1 : 4 : 6

Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramiddengan contoh mineral Kyanite (Al2O SiO4)




Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
  • Pedial
  • Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

sumber :
Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and
Minerals. Milan : Simons & Schuster’s 
Inc
.

Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley
thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com
medlinkup.wordpress.com
geoenviron.blogspot.com

waktu ku adalah hikmat

waktu ku tak seperti waktu yang telah ditentukan tetapi telah ditakdirkan dan dirancangkan oleh-Nya, hari ku telah berganti masa yang kuinjak waktu yang semakin mendekati kekuatan penuh kekuatan yang kokoh di masa ini di waktu yang masih diberikan ini membuat aku p tak ingin menyiakan jaln idup yang telah ditakdirkan, hari ini telah menjadi sejarah untuk hari esok tetapi apakah ini dapat membuat yang mengigat akn waktu ini senyum, waktu ini tak akan kembali ke hari yang sudah menjadi bagian sejarah, di waktu ini perjalan ku adalh hikmat yang telah diberikan-Nya atas aku untuk semua takdir dan rencana yang mau diberikan, terimakasih telah mempercayakan waktu ini, semua tak akan sia - sia,jagailah aku selalu dengan waktu yang ini jagailah kami semua yang masih engkau beriakan detik -detik yang berharga dalam kehendak-MU,.

Monday, 15 September 2014

Konsep dan Hukum - Hukum Geologi

 1.  Konsep-konsep dan hukum-hukum dalam geologi

Untuk   dapat   memahami   ilmu  geologi,   pemahaman  tentang  konsep-konsep  dan  hukum-hukum
dalam  ilmu  geologi   sangatlah  penting  dan  merupakan  dasar  dalam  mempelajari  ilmu  geologi.
Adapun  hukum   dan  konsep  geologi yang  menjadi  acuan  dalam geologi antara lain adalah konsep
tentang  susunan,  aturan  dan  hubungan  antar  batuan  dalam  ruang  dan  waktu.  Pengertian  ruang
dalam  geologi  adalah  tempat  dimana  batuan  itu  terbentuk  sedangkan  pengertian  waktu  adalah
waktu   pembentukan   batuan   dalam   skala   waktu   geologi.   Konsep   uniformitarianisme   (James
Hutton),  hukum  superposisi  (Steno),  konsep  keselarasan  dan  ketidakselarasan,  konsep  transgresi-
regresi, hukum potong memotong (cross cutting relationship) dan lainnya.

1.1   Doktrin Uniformitarianisme

·       James  Hutton  (1785)  :  Sejarah  ilmu  geologi  sudah  dimulai  sejak  abad  ke  17  dan  18  dengan
doktrin    katastrofisme    yang   sangat    populer.     Para    penganutnya    percaya   bahwa    bentuk
permukaan  bumi  dan  segala  kehidupan  diatasnya  terbentuk  dan  musnah  dalam  sesaat  akibat
suatu  bencana  (catastroph)  yang  besar.  James  Hutton,  bapak  geologi  modern,  seorang  ahli
fisika Skotlandia, pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul “Theory of the Earth”,
dimana ia mencetuskan doktrinnya yang terkenal tentang Uniformitarianism.

Uniformitarianisme  merupakan  konsep  dasar  geologi  modern.  Doktrin  ini  menyatakan  bahwa
hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini berlangsung juga pada masa
lampau.   Artinya,  gaya-gaya  dan  proses-proses   yang     membentuk  permukaan  bumi   seperti
yang  kita  amati  saat  ini  telah  berlangsung  sejak  terbentuknya  bumi.  Doktrin  ini  lebih  terkenal
sebagai  The  present  is  the  key  to  the  past”  dan  sejak  itulah  orang  menyadari  bahwa
bumi   selalu   berubah.   Dengan   demikian   jelaslah   bahwa   geologi   sangat   erat   hubungannya
dengan  waktu.  Pada  tahun  1785,  Hutton  mengemukakan  perbedaan  yang  jelas  antara  hal
yang  alami  dan  asal  usul  batuan  beku  dan  sedimen.  James  Hutton  berhasil  menyusun  urutan
intrusi  yang  menjelaskan  asal  usul  gunungapi.  Dia  memperkenalkan  hukum  superposisi  yang
menyatakan  bahwa  pada  tingkatan  yang  tidak  rusak,  lapisan  paling  dasar  adalah  yang  paling
tua.  Ahli  paleontologi  telah  mulai  menghubungkan  fosil-fosil  khusus  pada  tingkat  individu  dan
telah menemukan bentuk pasti yang dinamakan indek fosil. Indek fosil telah digunakan secara
khusus dalam mengidentifikasi horison dan hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya.

·       William  Smith  (1769-1839):  Mengemukakan  suatu  konsep  yang  diterapkan  pada     perulangan
lapisan-lapisan  batuan  sedimen  yang  ada  di  Inggris.  Smith  telah  membuktikan  bahwa  dalam
perioda   waktu   yang  sama   akan   terjadi   perulangan  lapisan   batuan  yang   sama   dan  setiap
formasi   pada   lapisan   batuan   akan   mempertlihatkan  karakter   yang   sama.   Berdasarkan   hal
tersebut, Smith mengajukan suatu konsep yang dikenal dengan hukum suksesi fauna.

1.2     Hukum Superposisi (Nicholas Steno)

1.    Horizontalitas (Horizontality)  : Kedudukan awal pengendapan  suatu lapisan  batuan  adalah
horisontal,  kecuali  pada  tepi  cekungan  memiliki  sudut  kemiringan  asli  (initial-dip)  karena
dasar cekungannya yang memang menyudut.
2.    Superposisi  (Superposition)  :  Dalam  kondisi  normal  (belum  terganggu),  perlapisan  suatu
batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk
dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
3.    Kesinambungan   Lateral   (Lateral   Continuity)   :   Pelamparan   suatu   lapisan   batuan   akan
menerus    sepanjang    jurus    perlapisan    batuannya.    Dengan    kata    lain    bahwa    apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka
dikatakan  bahwa  perlapisan  batuan  tersebut  berubah  facies.  Dengan  demikian,  konsep
perubahan  facies  terjadi  apabila  dalam  satu  lapis  batuan  terdapat  sifat,  fisika,  kimia,  dan
biologi yang berbeda satu dengan lainnya.

1.3     Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

a)     Keselarasan (Conformity):  adalah  hubungan  antara satu  lapis  batuan dengan  lapis batuan
lainnya  diatas  atau  dibawahnya  yang  kontinyu  (menerus),  tidak  terdapat  selang  waktu
(rumpang       waktu)      pengendapan.        Secara      umum      di    lapangan       ditunjukkan       dengan
kedudukan       lapisan     (strike/dip)      yang     sama     atau     hampir      sama,      dan     ditunjang      di
laboratorium oleh umur yang kontinyu.
b)    Ketidak Selarasan (Unconformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan   lainnya   (batas   atas   atau   bawah)   yang   tidak   kontinyu   (tidak   menerus),   yang disebabkan  oleh  adanya  rumpang  waktu  pengendapan.  Dalam  geologi  dikenal  3  (tiga)jenis ketidak selarasan, 
 1)     Disconformity   adalah  salah  satu  jenis  ketidakselarasan  yang  hubungan  antara  satu lapis   batuan   (sekelompok   batuan)   dengan   satu   batuan   lainnya   (kelompok   batuan lainnya)  yang  dibatasi  oleh  satu  rumpang  waktu  tertentu  (ditandai  oleh  selang  waktu dimana tidak terjadi pengendapan).
2)    Angular     Unconformity      (Ketidakselarasan     Bersudut)      adalah     salah     satu     jenis ketidakselarasan   yang   hubungan   antara   satu   lapis   batuan   (sekelompok   batuan) dengan  satu  batuan  lainnya  (kelompok  batuan  lainnya),  memiliki  hubungan/kontak yang membentuk sudut.
3)    Nonconformity  adalah  salah  satu  jenis  ketidakselarasan  yang  hubungan  antara  satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau metamorf.


1.4   Genang laut dan Susut laut   (Transgresi dan Regresi )

a).  Transgresi  (Genang  Laut)  :  Transgresi  dalam  pengertian  stratigrafi  /  sedimentologi  adalah
laju   penurunan   dasar   cekungan   lebih   cepat   dibandingkan   dengan   pasokan   sedimen
(sediment supply). Garis pantai maju ke arah daratan.
b).   Regresi   (Susut   Laut)   :   Regresi   dalam   pengertian   stratigrafi/sedimentologi   adalah   laju
penurunan     dasar    cekungan     lebih    lambat    dibandingkan     dengan    pasokan    sedimen
(sediment supply). Garis pantai maju ke arah lautan.

1.5   Hubungan potong memotong            (Cross-cutting relationships)

Hubungan  petong-memotong   (cross-cutting  relationship)   adalah  hubungan  kejadian  antara
satu     batuan     yang     dipotong/diterobos       oleh     batuan     lainnya,     dimana     batuan     yang
dipotong/diterobos terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang menerobos.

Pada  gambar  1.6  terlihat  urutan  kejadian  dan  umur  batuan  adalah  sebagai  berikut:  batuan
yang  terbentuk/terendapkan  pertama  kali  adalah Formasi  (Fm)  Lutgrad,  selanjutnya  berturut-
turut   adalah   Fm   Birkland,   Fm.   Leet   Junction.     Ketiga   formasi   batuan   tersebut   kemudian
mengalami  orogenesa  disertai  terbentuknya  batuan  terobosan  (Intrusi)  Granit  dan  kemudian
tererosi  membentuk  bidang  ketidak  selarasan  bersudut  dan  dilanjutkan  dengan  pengendapan
Fm.  Larsonton  dan  aktivitas  magma  berupa  Intrusi  Dike,  dilanjutkan  dengan  pembentukan
Fm.  Foster  City,  Fm.  Hamlinville,  dan  batuan  termuda  dan  terakhir  terbentuk  adalah    Skinner
Guich Limestone.

Gambar  1.6  dan  gambar  1.7  adalah  contoh  lain  dari  hubungan  batuan  yang  saling  potong-
memotong.    Pada    gambar    1.6    merupakan    intrusi    berbentuk    dike    (warna    hitam)    yang
memotong batuan sampingnya (warna putih), sedangkan gambar 1.7 adalah intrusi berbentuk
gang/korok    (warna    coklat    muda)    yang    menerobos    batuan    samping     (warna    abu-abu
kecoklatan).


daftar pustaka
noor, djauhari.2009.Pengantar Geologi.Bogor