BAB II
PENGENALAN MINERAL
2.1 Pengertian Mineral
Dalam mendefinisikan
mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk menerangkan
pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan kesamaan
pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua
defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan
defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik,
mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami,
bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan
menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam
dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik
dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua
defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral hanyalah
benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang
limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi
syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan
karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan
sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral,
seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk).
Mineralogi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau
penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral
dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang
mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada pada
mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis
dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori
hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang
ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat
mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral
adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada
mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik
yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu
jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom
atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga
dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau
kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap
Cahaya
Mineral cenderung akan
bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada
umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang
sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada
mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara
determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada
mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh
secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun
gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak
terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran
mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada
mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran
listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak
dapat menghantarkan listrik (isolator).
5. Sifat
Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas
mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang
unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada
mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U),
Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya,
mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan
atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral
radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan
untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya
adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu.
Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang
pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang
terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra).
Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral,
dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang
cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya
seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7. Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat
diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas.
Jenis-jenis bau mineral adalah:
¨ Bau Sulforous
adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
¨ Bau Bituminous
adalah bau yang seperti Ter
¨ Bau Argillerous
adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa
pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair.
Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
¨ Rasa Saline
atau rasa seperti garam(asin).
¨ Rasa Alkaline
atau rasa seperti logam atau soda.
¨ Rasa Witter
atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat
membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas,
yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal).
Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan
susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan
akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan
lambat.
2.2 Proses Pembentukan
Mineral
Proses pembentukan
mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai
ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang
bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya
dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis.
Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat
diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor
yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur
kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses
pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena
proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis
selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi,
yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.
Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak
terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail
untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M.
Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang
menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral
yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
Gambar 2.1 Siklus
Batuan dan Mineral
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar
berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan
dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur
tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral,
baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan
temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
- Early magmatis, yang terbagi atas:
¨ Disseminated,
contohnya Intan
¨ Segregasi,
contohnya Crhomite
¨ Injeksi,
Contohnya Kiruna
- Late magmatis, yang terbagi atas:
¨ Residual liquid
segregation, contohnya magmatis Taberg
¨ Residual liquid
injection, contohnya magmatis Adirondack
¨ Immiscible
liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
¨ Immiscible
liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses
pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari
cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa
larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses
Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai
turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis
dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian
akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur
volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk
endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses
pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat
rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
- Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
¨ Tekanan dan
temperatur pembekuan relatif tinggi.
¨ Endapan berupa
urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang
besar.
¨ Asosiasi
mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite
serta oksida besi.
¨ Pada intrusi
Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
- Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
¨ Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
¨ Endapannya
berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
¨ Tekstur akibat
“cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian
antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
¨ Asosiasi
mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
¨ Proses
pengayaan sering terjadi.
- Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
¨ Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh paling rendah.
¨ Tekstur
penggantian tidak luas (jarang terjadi).
¨ Endapan bisa
dekat atau pada permukaan bumi.
¨ Kebanyakan
teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
¨ Struktur khas
yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
¨ Asosiasi
mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite
dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk
endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah
sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein,
Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan
collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space
filling, Vessiculer fillings.
5. Proses Replacement
(Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam
pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan
endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal.
Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh
proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan
dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement
diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan
kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian
suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat
juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai
ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang
dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan
merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan
besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi
laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu
dan Mekanik
Terdiri atas :
¨ Konsentrasi
Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
¨ Konsentrasi
Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
9. Supergen enrichment
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan
endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.
2.3 Mineral Pembentuk
Batuan
Mineral-mineral pembentuk
batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar
dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai
berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin,
Amphibole dan Piroksin.
1. Felsic Mineral
A. Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki
sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya. Rumus kimia tau
komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari mineral ini
adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa dapat
jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari
gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan
sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan
dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada
kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang
berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa
atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang
terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna
seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga
dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian
disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna
yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak
bersih.
B.
Feldspar
Feldspar dapat
digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin,
sanidine, anorthoklas,
pertite,
dan antipertite.
2. Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas,
andesine, labradorit,
bytownite
dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang
dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar ini hanya dapat
dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan Plagioklas.
¨ Orthoclase
(Potassium feldspar)
Orthoklas adalah anggota dari mineral
feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah
daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia
Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral ini adalah 2,6 dengan
kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai kilap kaca, dan
perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan baku dalam
industri keramik.
¨ Plagioklas
feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari
kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium.
Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu,
kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite,
sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah
triklin dengan berat jenis 2,26-2,76. plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan
6 dan mempunyai belahan berbentuk kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini
adalah NaCaAl2Si3O8.
C. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini
juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral ini terbentuk bila
dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam
suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan
terbentuk adalah feldspar dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral
yang termasuk feldspatoid adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite,
carcrinite dan analcite. Namun yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline
dan leucite.
¨ Nepheline
(KNaAl2Si2O4)
Nepheline
adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun
bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral
ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline
adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada
nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan
permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
¨ Leucite
(KaISi2O8)
Mineral
leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah
trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan
nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai
dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya
adalah putih keabu-abuan.
2. Mafic Mineral
A. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi
(Fe) dan magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan
basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral
olivine dikenal dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut
crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.
mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan
pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B. Piroksin
Piroksin merupakan
kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat dalam
struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin.
Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan
Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin
secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6.
Dimana symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li, Ma Z =
Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin
adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku vulkanik, piroksin
adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam batuan plutonik,
piroksin adalah Augite.
C. Amphibole
(Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai
pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
D. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam
lembar-lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen
bebas., sehingga komposisi dan valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na dalam Paragonite mineral
yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al।
No comments:
Post a Comment