Safety Talk....
Solfatara merupakan salah satu manifestasi panas bumi yang berbentuk gas dan kaya akan sulfur. Gas ini berbahaya bagi bagi kesehatan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, sebisa mungkin jauhkan diri dan jangan kontak langsung dengan asap – asap yang keluar dari gunung api. Jika memungkinkan bawa alat pelindung diri seperti masker N95.
Gambar 1
lihat saya di LinkedIN
merupakan salah satu aktivitas pertama kali gunung api Toba sekitar 840.000 tahun yang lalu dengan material erupsi sebanyak 500 km kubik. OTT juga di kenal dengan kaldera Porsea (Uluan), pada gambar dibawah ini merupakan fisiografi terkini dari letusan pertama Gunung api Toba atau dikenal dengan Toba Depression.
Pada gambar A (graben) terisi oleh batuan sedimen sedimen sedimen muda berumur kuarter dan pada bagian B kaya akan batuan berumur Pratersier dan terdapat juga batuan sedimen berumur Kala Miosen Awal (Formasi Peutu) yang menjadi hasil dari Transgresi.
Pada gambar A (graben) terisi oleh batuan sedimen sedimen sedimen muda berumur kuarter dan pada bagian B kaya akan batuan berumur Pratersier dan terdapat juga batuan sedimen berumur Kala Miosen Awal (Formasi Peutu) yang menjadi hasil dari Transgresi.
Gambar 2 Letusan Old Toba Tuff di daerah Uluan/Porsea
MTT / Midde Toba Tuff.....
Sebuah letusan gunung api Toba dengan umur 500 ribu tahun yang lalu (Pleistocene), berada di Utara tepat nya diantara Haranggaol dan Silalahi termasuk daerah Sipiso - piso, yang merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia (gambar A). Letusan ini mengeluarkan produk vulkanik yang kaya dengan SiO2 sebesar 72 -76 % (Riolit) sebanyak 60 km kubik. Berdasarkan profil sonar daerah selatan dari Haranggaol merupakan lokasi terdalam di Danau Toba sekarang dan daerah terdangkal pada outlet Sungai Asahan yang memotong daerah Blok Uluan /OTT (gambar B).
Sebuah letusan gunung api Toba dengan umur 500 ribu tahun yang lalu (Pleistocene), berada di Utara tepat nya diantara Haranggaol dan Silalahi termasuk daerah Sipiso - piso, yang merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia (gambar A). Letusan ini mengeluarkan produk vulkanik yang kaya dengan SiO2 sebesar 72 -76 % (Riolit) sebanyak 60 km kubik. Berdasarkan profil sonar daerah selatan dari Haranggaol merupakan lokasi terdalam di Danau Toba sekarang dan daerah terdangkal pada outlet Sungai Asahan yang memotong daerah Blok Uluan /OTT (gambar B).
Gambar 3 Penampang letusan Middle Toba Tuff dan Profil Kedalaman
Young Toba Tuff / YTT.....
Sebuah letusan terakhir dari gunung api Toba 74.000 tahun yang lalu (Plistosen). Letusan yang mahadahsyat ini menghasilkan sebuah kaldera dengan dimensi 100 km dengan 30km (A). Letusan ini mengosongkan kantung magma (Chamber) Toba dengan material sebanyak 2800 km3 jauh dari letusan gunung api yang lain seperti Tambora, Krakatau (B).
Letusan ini menghasilkan batuan piroklastik (Ignimbrit) kaya dengan SiO2 68 -76 % atau mempunyai jenis magma Rhyodacite – Rhyolite. Dengan letusan yang eksplosif menghasilkan material mulai dari Blok, lapili dan Ash. Pada gambar C merupakan hasil letusan Toba dengan ukuran lapili dengan komposisi Gelas, Kuarsa, Biotit dan Plagioklas.
Efek dari ledakan Toba (YTT) dengan material sebanyak 2800 km3 terlontarkan setinggi 27-37 km dan bercampur dengan atmosfer (Rampino dan Self,1992; Chesner 1991). Letusan tersebut menghasilkan jumlah aerosol sulfat yang tinggi (Ziclinski, 1996/ Gambar A). Hal ini mengakibatkan sinar matahari berkurang menyinari bumi dan pengurangan suhu air laut 4-6 derajat Celcius (Rampino and Self, 1992). Hal tersebut terjadi selama 6 tahun sehingga letusan ini juga dikenal sebagai kejadian yang mempercepat Musim es di bumi selama 1000 tahun.
Pada gambar B, perubahan iklim didasarkan atas beberapa parameter yaitu perubahan suhu muka air laut, indikator Paleobioclimatic operator (PBO) yang mengindikasikan berkurangnya jumlah biota yang tumbuh pada rentang waktu letusan Toba, Indikator Heimugoun Susceptibility yaitu indikasi kemagnetan dimana pada grafik tersebut kemagnetannya rendah mengindikasikan kondisi yang dingin dan indikator semakin banyak nya keterbentuk es
Sebuah letusan terakhir dari gunung api Toba 74.000 tahun yang lalu (Plistosen). Letusan yang mahadahsyat ini menghasilkan sebuah kaldera dengan dimensi 100 km dengan 30km (A). Letusan ini mengosongkan kantung magma (Chamber) Toba dengan material sebanyak 2800 km3 jauh dari letusan gunung api yang lain seperti Tambora, Krakatau (B).
Letusan ini menghasilkan batuan piroklastik (Ignimbrit) kaya dengan SiO2 68 -76 % atau mempunyai jenis magma Rhyodacite – Rhyolite. Dengan letusan yang eksplosif menghasilkan material mulai dari Blok, lapili dan Ash. Pada gambar C merupakan hasil letusan Toba dengan ukuran lapili dengan komposisi Gelas, Kuarsa, Biotit dan Plagioklas.
Gambar 4 Pebandingan Letusan Gunungapi dan batuan hasil letusan
Katastropi Toba......
Efek dari ledakan Toba (YTT) dengan material sebanyak 2800 km3 terlontarkan setinggi 27-37 km dan bercampur dengan atmosfer (Rampino dan Self,1992; Chesner 1991). Letusan tersebut menghasilkan jumlah aerosol sulfat yang tinggi (Ziclinski, 1996/ Gambar A). Hal ini mengakibatkan sinar matahari berkurang menyinari bumi dan pengurangan suhu air laut 4-6 derajat Celcius (Rampino and Self, 1992). Hal tersebut terjadi selama 6 tahun sehingga letusan ini juga dikenal sebagai kejadian yang mempercepat Musim es di bumi selama 1000 tahun.
Pada gambar B, perubahan iklim didasarkan atas beberapa parameter yaitu perubahan suhu muka air laut, indikator Paleobioclimatic operator (PBO) yang mengindikasikan berkurangnya jumlah biota yang tumbuh pada rentang waktu letusan Toba, Indikator Heimugoun Susceptibility yaitu indikasi kemagnetan dimana pada grafik tersebut kemagnetannya rendah mengindikasikan kondisi yang dingin dan indikator semakin banyak nya keterbentuk es
Genetic Bottleneck (gambar C), Dengan efek yang iklim yang begitu besar mengakibatkan populasi manusia menurun dratis sampai 90% dari 100.000 populasi menjadi 10.000 populasi. Populasi yang tersisa merupakan pupulasi yang bertahan dari ganasnya efek ledakan Toba dan berkembang sebanyak manusia sekarang.
Pengangkatan Samosir .....
Setelah eksposifnya gunung Toba sehingga
menimbulkan prahara bagi dunia. Perlahan sebuah pulau terangkat (Resurgent)
dari tengah kaldera Toba, yang kemudian dinamakan Pulau Samosir. Pengangkatan
tersebut disebabkan oleh proses tektonik dan magmatis. Proses ini lebih intens
didaerah Timur Samosir (Tomok,TukTuk) dan semakin berkurang ke daerah Barat
(Pangururan).
Gambar 6 Pengangkatan (Resurgent) Pulau Samosir
Aktivitas Vulkanik Pusuk Buhit.......
Setelah sekian lama dapur magma
(chamber) Toba kosong akibat letusan
mahadasyatnya akhirnya terisi ditandai dengan adanya gunung api Pusuk Buhit di
daerah Barat Samosir. Gunung api ini berasal dari aktivitas Sumatra Fault
system tepatnya pada segmen Renun yang merupakan segmen terpanjang (220km) dan
segmen pergerakan paling aktif yaitu 2,7 cm/tahun.
Gambar 7 Gunung Pusuk Buhit
Aktifnya Gunung Pusuk Buhit.....
Aktifnya gunung ini ditandai dengan adanya mata air panas,
sofatara, dan batuan yang telah teraterasi akibat larutan hidrotermal dan
alluvial fan. Alluvial fan menandakan bahwa terdapatnya sesar aktif dan mengalami pergerakan material yang
bergerak terbawa dengan arus Debris. Arus ini mentransportasikan berbagai macam
material mulai ukuran Clay sampai gravel.
No comments:
Post a Comment